Header Ads Widget

Update

6/recent/ticker-posts

Plus Minus Pilihan Sumber Energi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

 

Dede Farhan Aulawi 

ZonaExpose.com - “ Seminggu terakhir ini, masyarakat dunia dihebohkan dengan berbagai pemberitaan terkait pembuangan limbah nuklir ke laut di negara Jepang. Sebagian masyarakat dunia mengecam dan bahkan mengingatkan akan berbagai bahaya ekologis yang ditimbulkannya. Distorsi informasi serta minimnya literasi publik terhadap referensi bahaya nuklir menyemarakan berbagai komentar dan pandangan masing – masing sesuai preferensi dan persepsinya. Oleh karena itu, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dan mengambil hikmah atas kejadian tersebut agar tidak terjadi di Indonesia “, ujar Pemerhati Energi dan Lingkungan Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (3/9).

Demikian ia sampaikan dalam obrolan malam di sebuah Cafe di Bandung menanggapi berbagai pemberitaan seputar pembungan limbah nuklir di Jepang. Menurutnya, kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan, dimana menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA) hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Peningkatan permintaan energi dunia tersebut terutama didorong oleh laju pertumbuhan penduduk dan GDP. Termasuk pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia yang memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi dunia sangat mempengaruhi permintaan energi dunia.

Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa sebagian besar pasokan sumber energi dunia dipasok dari minyak, batubara, gas, biomasa, nuklir, hydro dan sumber energi baru dan terbarukan. Peran sumber energi baru dan terbarukan untuk kelistrikan memperlihat terus mengalami peningkatan. Trend peningkatan pemakaian energi dunia ini, dari sisi lain tentu menimbulkan beberapa permasalahan seperti masalah sosial, lingkungan dan ekonomi. Oleh karenanya sangat diperlukan pemakaian energi bersih dan efisien guna menekan emisi gas karbon. Salah satunya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Pembangunan PLTN ini tentu memiliki plus minusnya, tetapi itu merupakan salah satu pilihan agar bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan sumber energi listrik  bagi berbagai keperluan, baik rumah tangga, industri, dan lain – lain. Keuntungannya adalah tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) kecuali saat Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas, tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia, sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal), biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan, dan ketersedian bahan bakar yang melimpah. Sementara itu terkait dengan kerugianya adalah risiko kecelakaan nuklir dan limbah nuklir dimana limbah radioaktif yang dihasilkannya dapat bertahan hingga ribuan tahun. 

Kemudian Dede juga mengatakan bahwa Jepang merupakan salah satu negara yang menerapkan kebijakan pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut yang sudah mulai dilakukan sejak 24 Agustus 2023 lalu. Dimana lebih dari satu juta metrik ton air radioaktif yang telah diolah dari PLTN dialirkan ke laut Pasifik. Air tersebut disuling setelah terkontaminasi akibat kontak dengan batang bahan bakar di reaktor, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami tahun 2011. Melepaskan air limbah yang sudah diolah dan dinyatakan aman ke laut adalah praktik rutin pembangkit listrik tenaga nuklir. Sebelum di buang ke laut, air limbah tersebut disaring melalui Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan (ALPS), yang mengurangi sebagian besar zat radioaktif hingga mencapai standar keamanan yang dapat diterima, selain tritium dan karbon-14. Mereka menyaring air yang terkontaminasi untuk menghilangkan isotop, hanya menyisakan tritium, yakni isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan.

Perlu diketahui bahwa tritium dan karbon-14 merupakan bentuk radioaktif dari hidrogen dan karbon, dan sulit dipisahkan dari air. Mereka banyak terdapat di lingkungan alam, air dan bahkan pada manusia, karena mereka terbentuk di atmosfer bumi dan dapat memasuki siklus air. Keduanya memancarkan tingkat radiasi yang sangat rendah, namun dapat menimbulkan risiko jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kemudian mengencerkan air hingga kadar tritium turun di bawah batas peraturan sebelum memompanya ke laut dari lokasi di pantai utara Tokyo tersebut. Air yang mengandung tritium secara rutin dikeluarkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia, dan pihak berwenang di Jepang mendukung penanganan air Fukushima dengan cara ini.

“ Meskipun demikian, kekhawatiran dampak yang ditimbulkan dianggap bisa lebih dari itu. Hal ini tampak dari berbagai kontroversi dan reaksi negatif dari banyak pihak. Dimana mereka mengkhawatirkan bahwa limbah radioaktif yang dilepaskan dapat mengubah DNA manusia, dan dapat berkontribusi pada kontaminasi nuklir di Pasifik Biru dan memicu krisis nuklir global. Di Korea terjadi perdebatan sengit terkait hal tersebut, dan China memboikot produk kosmetik dari Jepang. Hong Kong melarang impor produk akuatik dari prefektur pesisir yang dekat dengan Fukushima dan memberlakukan "kontrol impor yang ketat" pada barang sejenis lainnya dari tempat lain di Jepang “, imbuh Dede.

Meskipun demikian, pemerintah Jepang mengklaim dapat mempertahankan airnya tetap aman, dan air limbah yang diolah tidak menimbulkan ancaman. Perlu diketahui bahwa PLTN di seluruh dunia telah secara rutin mengeluarkan air yang mengandung tritium selama lebih dari 60 tahun tanpa membahayakan manusia atau lingkungan. Namun, masih ada kekhawatiran bahwa radionuklida berbahaya, seperti kobalt dan strontium, mungkin lolos dari proses penyaringan dan pengolahan air. Bahkan beberapa ilmuwan dan ahli lingkungan juga mengatakan kurangnya pengetahuan tentang efek jangka panjang dari paparan tritium dosis rendah sekalipun.

“ Namun perlu diketahui juga bahwa Badan Pengawas Nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), telah memberikan persetujuan kepada Jepang untuk melepaskan air radioaktif yang diolah dari PLTN Fukushima ke laut “, tambahnya.

Meskipun begitu, beberapa negara seperti China, Hongkong dan Makau telah mengumumkan untuk menghentikan sementara impor produk laut dari negara Jepang. Hongkong dengan tegas telah melarang impor untuk produk dari 10 prefektur Fukushima, Miyagi, Ibaraki, Tochigi, Gunma, Saitama, Chiba, Tokyo, Nagano, Niigata. Produk makanan laut yang terkena antara lain semua makanan laut hidup, beku, didinginkan, dikeringkan, atau diawetkan. Lalu garam laut serta rumput laut termasuk produk olahannya.

“Dari kasus tersebut, kita perlu banyak belajar dalam melakukan kalkulasi dan rekalkulasi dalam pengambilan keputusan, khususnya terkait dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Dari satu sisi kita tidak bisa menapikan fakta adanya peningkatan kebutuhan energi listrik untuk berbagai keperluan sehari – hari, namun di sisi lain kita juga ditantang untuk bisa menemukan sumber energi yang aman, mudah, dan efisien. Sumber energi baru dan terbarukan sebenarnya sebuah pilihan yang paling ideal, namun ketersediaannya masih sangat terbatas. Pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, tenaga air dan tenaga gelombang/ arus laut menjadi beberapa alternatif pilihan yang sangat cantik. Inilah tantangan dan sekaligus peluang bagi para ilmuwan dan cendekiawan Indonesia agar bisa berkiprah untuk negara dan dunia “, pungkas Dede.

ZonaExpose 

Posting Komentar

0 Komentar