Header Ads Widget

Update

6/recent/ticker-posts

Ulasan PRAWITA GENPPARI, Keragaman Potensi Pariwisata Religi di Indonesia

Prawita Genppari Wisata Religi Masjid Istiqlal Jakarta Pusat Indonesia 

ZonaExpose.com

“ Ragam potensi wisata di Indonesia ini memang banyak sekali, bahkan cukup sulit jika harus dirinci satu persatu. Di samping berbagai keindahan alam yang sudah dikenal selama ini, ada juga konsep untuk mengembangkan wisata religi atau wisata spiritual. Bentuknya bisa bermacam – macam, tetapi pada hakikat konsep wisata yang dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual wisatawan. Bisa yang terkait dengan tempat – tempat keagamaan, patilasan sejarah, tokoh – tokoh sejarah, dan lain – lain. Dalam konteks ilmu pemasaran, hal tersebut dikategorikan sebagai ‘market need’ yang tentu saja harus dijawab dengan penyedian jasa untuk memenuhi ‘market need’ tersebut “, ungkap Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Jakarta, Minggu (14/8).

Prawita GENPPARI sebagai organisasi penggerak pariwisata, kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Berbagai program dengan aneka terobosan kreatifnya terus berjalan tanpa jeda dan hambatan, meskipun dengan segala keterbatasannya tetapi tetap bergerak secara konsisten dan berkesinambungan. Jejak digital Prawita GENPPARI mudah sekali ditemukan saat kita searching di internet sebagai sebuah bukti dan fakta. Ia bergerak bukan hanya di suatu objek wisata atau suatu daerah saja, tetapi terus menyamakan konsep untuk bisa bergerak bersama dalam memajukan pariwisata di sleuruh tanah air.

Dalam konteks tersebut nampaknya Prawita GENPPARI ingin mengeksplorasi nilai-nilai spiritual yang menjadi kebutuhan wisatawan dikaitkan dengan potensi pariwisata religi yang ada di Indonesia. Fokus kajian nilai spiritualitas pariwisata dalam mengembangkan konsep wisata spiritual berdasarkan kegiatan pariwisata yang telah dilakukan dengan berbagai atraksi dengan menggunakan pendekatan deskriptif-filosofis karena bertujuan untuk mengungkap  konsep wisata spiritual yang tepat untuk wisata ramah muslim. 

Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa nilai spiritual pariwisata dalam Islam adalah pendekatan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah SWT dalam menjalankan kegiatan pariwisata. Upaya yang dilakukan adalah menjauhkan haram dan melaksanakan yang halal, baik dalam aktivitas makanan maupun kegiatan pariwisatanya. Konsep wisata spiritual yang dihadirkan adalah dengan selalu menggabungkan 4 (empat) elemen dalam menjalankan aktivitas, keempat elemen ini adalah pelaku pariwisata, keberadaan Allah dalam setiap aktivitasnya, kebijaksanaan Sumber Daya Manusia penyedia layanan, dan keharmonisan, kondisi alam lingkungan yang mengarahkan kepada getaran jiwa atas kehadiran Sang Pencipta di setiap langkah. Ungkapnya.

Lebih lanjuta ia juga menambahkan bahwa era postmodern yang sangat terkait dengan globalisasi telah membawa dampak terhadap pergeseran kehidupan masyarakat, yaitu perubahan pola tindakan, dan gaya hidup yang cenderung praktis, dan serba “instant”. Hal ini tidak terlepas dari semakin ketatnya persaingan yang terjadi pada berbagai bidang, sehingga diperlukan kecerdasan tersendiri dalam pemanfaatan ruang dan waktu. Termasuk dalam melakukan aktivitas berwisata sebagai bentuk tindakan untuk melepaskan diri dari berbagai kesibukan dan rutinitas, serta kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kerohanian yang lebih dikenal dengan spiritualitas. Dengan demikian keseimbangan hidup dapat dicapai, sehingga produktivitas dan profesionalisme pada bidang masing-masing dapat semakin meningkat. Jelasnya.

“ Terobosan baru industri kepariwisataan yang menggabungkan konsep berwisata dengan pemenuhan kebutuhan spiritualitas menjadi sangat menarik untuk dicermati karena sebelumnya dianggap dua hal yang terpisah. Fakta uniknya adalah jumlah wisatawan yang melaksanakan wisata spiritual ini dari waktu ke waktu mengalami tren peningkatan secara signifikan. Hal tersebut tentu saja menjadi peluang yang menarik untuk para pelaku wisata dalam menyediakan berbagai fasilitas kebutuhan tersebut “, pungkas Dede mengakhiri percakapan.(red)

Posting Komentar

0 Komentar