ZonaExpose.com
“ Sebagai organisasi para pegiat pariwisata, Prawita GENPPARI juga tidak hanya bicara soal kepariwisataan saja, melainkan juga melakukan aksi nyata di tengah warga yang tertimpa bencana berupa longsor dan banjir yang terjadi di wilayah Tasikmalaya dan Garut bagian selatan. Curah hujan yang tinggi di awal musim penghunaj ini tampaknya banyak daerah yang terdampak. Oleh karena itu dipandang perlu melakukan aksi nyata berupa kepedulian sosial terhadap masyarakat yang tertimpa bencana tersebut. Mulai dari pembagian Alat pelindung Diri (APD) ke beberapa puskesmas, pembagian pakaian layak pakai, beras, masker dan lainnya. Meskipun nilainya mungkin tidak seberapa, namun ini menunjukan kepekaan dan kepedulian kita buat sesama. Jadi kemarin kita melakukan bakti sosial di kecamatan Parung Ponteng kabupaten Tasikmalaya “, demikian disampaikan Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Tasikmalaya, Minggu (18/10).
Lebih lanjut Dede juga menyampaikan bahwa beberapa wilayah di Jawa Barat bagian selatan ini memang rawan longsor, terutama wilayah lereng perbukitan pada saat mulai musim hujan setelah musim kemarau. Setelah musim kemarau yang cukup panjang tipikal tanah biasanya pecah-pecah, sehingga pada saat musim penghujan air itu masuk disela tanah-tanah yang pecah itu dan akhirnya berpotensi terjadinya musibah longsor. Longsor atau gerakan tanah adalah peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai jenisnya, seperti jatuhnya gumpalan tanah besar atau batuan. Ujar Dede.
Selain potensi tanah longsor, curah hujan yang cukup tinggi akhir – akhir ini juga berpotensi menimbulkan banjir karena luapan sungai-sungai besar yang mengalir di setiap wilayah. Apalagi jika di hulu sungai ada penggundulan hutan/ penebangan pohon yang tidak terkendali, maka potensi terjadinya banjir sangat besar sekali. Oleh karena itu sosialisasi tentang pentingnya merawat dan menjaga pepohonan terutama daerah bukit yang berfungsi sebagai penopang harus semakin diintens diingatkan pada seluruh lapisan masyarakat. Mengingat akar pohon mampu menyimpan air dan memperkuat struktur tanah, sehingga tidak mudah longsor.
Kemudian Dede menambahkan terkait dengan hal – hal yang bisa menjadi penyebab terjadinya Tanah Longsor, yaitu Erosi Tanah, Curah Hujan Tinggi, Getaran ( baik akibat gempa bumi, getaran dari mesin, penggunaan bahan peledak, lalu lintas kendaraan, dan terkadang petir, Hutan Gundul, Lereng dan Tebing Terjal, dan Lahan Pertanian di Lereng serta Hancurnya Bebatuan di lereng, seperti batu endapan yang berasal dari gunung berapi dan batu jenis sedimen kecil. Biasanya memiliki sifat lapuk atau kekuatan yang mudah hancur menjadi tanah, menjadi penyebab tanah longsor.
Untuk meminimalisir resiko kemungkinan jatuhnya korban akibat longsor, maka dipandang perlu melakukan langkah – langkah antisipatif guna mencegahnya, yaitu tidak membuat rumah di bawah, tepat di pinggir, atau dekat tebing, membuat terasering atau sengkedan di lereng jika membuat pemukiman, tidak membuat kolam atau perkebunan di lereng yang dekat pemukiman, tidak memotong tebing menjadi tegak, biarkan miring, membuat saluran pembuangan air yang otomatis bisa menjadi saluran penampungan air tanah, dan menanam tanaman keras dan ringan dengan jenis akar dalam, di wilayah curam.
Dengan demikian jika sudah terjadi hutan yang gundul, maka reboisasi menjadi langkah penting saat ini. Meskipun mungkin terkesan terlambat, tetapi lebih baik berani memulainya daripada tidak sama sekali. Sementara itu juga diketahui beberapa jenis pohon Pencegah/Pengendali Tanah Longsor, diantaranya Bidara Laut (Strychnos lucida), Pohon Mindi, Pohon Jati, dan beberapa jenis pohon lainnya yang memiliki akar yang kuat dalam menahan kemungkinan terjadinya longsor. Pungkas Dede.
ZonaExpose
0 Komentar